Sunday, August 2, 2020

Sekilas Fesybuuk yang lagi baperan (Part 1)


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Judul di atas hanya pemanis, gak pake gula sintetis, tapi hanya sekedar ramuan dari sejumlah diksi yang saya pilih untuk memberikan sedikit penilaian kepada jagoan medsos, fesybuk, begitu kata warga +62.

Penilaian ini bersifat sangat subjektif, jadi tidak bisa dijadikan sebagai referensi atau rujukan ketika anda juga punya sikap yang sama terhadap fesybuk setelah melakukan aktifitas tripatrit atau multipatrit dengan pihak lain melalui penggunaan fesybuk. 

Platform sharing atau berbagi sebagai jargon yang cukup populer menjadi trending di abad millenial. semua orang yang terhubung dengan medsos pasti tahu apa dan bentuknya seperti bagaimana makhluk bernama sharing itu. Padahal konsep sharing sebetulnya hak paten konsep Islam, yaitu silaturahmi yang dalam bahasa jiplakan ala barat disebut connecting.

Bagi saya ini menjadi semacam pola atau the pattern yang digunakan oleh pihak barat untuk melakukan konversi terhadap istilah-istilah yang sebetulnya menjadi hak cipta dunia pengetahuan Islam namun karena menggunakan istilah yang berbeda sehingga nampak seperti sebuah penemuan baru atau inovasi padahal hal itu dilakukan hanya dengan mengganti substansi dari penggunaan diksi, lalu disebar, dipopulerkan dan semua warga dunia mengakui bahwa itu inovasi kekinian.

Saya jadi teringat pada saat kehancuran kekhilafahan di eropa pada abad pertengahan, nasib Andalusia, Cordoba terutama perpustakaan dengan koleksi tak terhitung banyaknya dibakar oleh imperium pada saat itu, dan sebagian dicuri untuk dipelajari. Lalu beberapa tahun kemudian muncullah renaissance, abad pencerahan pemikiran, yang sebenarnya adalah pencurian besar-besaran hak cipta intelektual Islam oleh dunia barat. Memang benar kata sebuah pepatah, penulis sejarah adalah mereka yang memenangkan peperangan. Saat itu kekuasaan Islam dibumihanguskan dan seluruh asset dan propertu kekayaan intelektualnya dicuri habis-habisan.

Kembali pada tema yang diangkat sebagai judul tulisan di atas, bahwa jagoan medsos yang menjadi pesaing berat google yaitu fesybuk ternyata baperan juga, terutama pada saat menggilanya narasi pandemi covid-19 dan masih menyimpan bekasnya sampai tulisan ini diposting untuk anda.

Selama 3 bulan sudah seluruh warga dunia dipenjara dalam narasi pandemi covid-19. Di China sebagai sumber munculnya Covid-19, begitu kata media, melakukan lockdown pertama kali terhadap Covid-19 dengan memberhentikan seluruh pemberitaan korban terpapar. Dan hasilnya seluruh dunia takjub, China berhasil mengunci angka korban terpapar di angka 82 ribu lebih. Beda dengan Amerika yang terus melakukan update, begitu pula dengan Indonesia update terus ditambahkan dan secara realitas dengan fakta yang berbicara bahwa korban lalu lintas, penderita jantung, dan penderita penyakit lainnya berhenti. Tak ada korban meninggal kecuali dia divonis sebagai korban yang terpapar covid-19. Itulah Indonesia Lalu semua orang diarahkan pada protokol covid-19. Dan berhasil.

Pada blog ini saya pernah menyisipkan video yutub dari Ustad Suharsono dan adik manis Lia Lestary yang keduanya membahas rangkaian persoalan seputar covid-19, sebab dan asal muasal berikut dampaknya terhadap kehidupan dan  yang terutama Ustad Suharsono membahas berbagai kejadian yang menimpa hampir seluruh negara akibat pandemi dan memberikan analisis yang cukup seimbang dengan perbandingan penganut 3 agama besar di dunia yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga agama tersebut dibahas secara sporadis relevansinya dengan dampak dari pandemi covid-19.

Satu sampai dua kali saya sisipkan yutub dari keduanya pada blog saya Secawan Kopi tidak ada peristiwa apa pun. Namun setelah pada postingan ketiga, saat saya push tombol posting di laman teks blogger, yang terjadi sebelum tampilan ditayangkan muncul sebuah peringatan dari Blogger bahwa postingan anda mengandung "nganu". Blogger menyediakan dua opsi mau lanjut atau tidak?

Saya pilih lanjut. Sebab kalau saya pilih tidak saya tidak akan bisa melihat hasil postingan saya dari kedua penggiat yutub tersebut. Hari berikutnya saya melakukan hal yang sama, dan peristiwa itu terjadi lagi masih dengan dua opsi. 

Setelah masuk ke laman tayangan blog saya coba lakukan sharing ke fesybuk, twitter dan linkedin. Untuk dua platform medsos terakhir no problem, namun berbeda dengan fesybuk. Postingan saya dianggap melanggar syarat dan ketentuan. Pikir punya pikir rupanya konten dari dua penggiat yutub dianggap melanggar privasi dan kebijakan serta syarat dan ketentuan fesybuk. Hingga pada akhirnya kebiasaan saya melakukan share ke laman fesybuk tidak bisa saya eksekusi untuk blog saya sendiri duhh.

Namun hikmah dari itu semua saya jadi dipaksa belajar Google Webmaster, Bing Webmaster dan satu lagi Yandex Webmaster. Kalau ada search engine berbasis dan berbranding made in Indonesia saya pasti menggunakan itu, namun hingga kini Indonesia yang kucinta ini masih belum selesai dengan urusan tata kelola pemerintahan yang bagi banyak pengamat politik masih dinilai amburadul akibat tak bisa dihentikannya tradisi korupsi kolusi dan nepotisme yang semakin menusuk ke ulu hati para penyelenggara negara, walau tidak semua, tetap aja masih ada yang baik dan sehat, namun jumlahnya seperti butir pasir di sepanjang pesisir, minim sekali. 

Mainan saya bertambah, saya kembali ke marketing online, apa saja saya coba pelajari kembali seperti sepuluh tahun lalu yang tentunya di zaman milenial kini sudah banyak mengalami update dan perubahan di kanan kiri utara selatan.  

Dari Bing saya diberi hadiah credit iklan, dan baru-baru ini dari Google, belum saya aktivasi karena saya belum mahir, lagi pula saya tidak punya kartu kredit ,takut banyak utang dan sangat takut kalau tiba-tiba masuk telpon dari perusahaan debt collector.

"Selamat siang pak, bapak pemilik Kartu Kredit dari Bank Nganu ya?"  Suaranya tegas, berat dan terbayang kalau otot bisep di pangkal lengannya seperti bisulan atau kapal selam yang muncul lalu tenggelam eeh muncul lagi. 

Sampai di sini dulu ya nulisnya,  nanti sambungannya ditambah di bagian kedua, saya coba posting ini dulu, dan coba sharing di fesybuk lagi, apakah konten seperti ini juga dibanned, kan bukan konten yutub. ah fesybuk, dasar, mentang-mentang udah jadi maharaja medsos.

Besok masih ada bubur ayam dan bala-bala dengan ramuan tanpa baperan.

Bandung, 02 Agustus 2020

No comments:

Post a Comment